ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME
ABSTRAK
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan
bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan
suatu pencarian, penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan dan abadi, atau
perennial. Tujuan dari pendidikan, menurut pemikiran perennialisme, adalah
memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau
gagasan-gagasan besar yang tidak berubah selama berabad-abad: jadi,
gagasan-gagasan besar terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan di setiap zaman. Lebih jauh lagi, filsafat
perenialisme menekankan kemampuan-kemampuan berpikir rasional manusia; filsafat
itu merupakan pengolahan intelektual yang membuat manusia menjadi benar-benar
manusia dan membedakan mereka dari binatang-binatang lain.
PENDAHULUAN
Perenialisme
merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif .
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu
yang baru . Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan ,
ketidakpastian ,terutama dalam kehidupan moral , intelektual , dan sosikultural
Solusi
yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan
mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kukuh , kuat pada zaman kuno dan pertengahan . Peradaban-
kuno (yunani purba) dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa
di dunia dari masa ke masa dari abad ke abad (sa’dullah , 2009: 151 ).
Pandangan-pandangan
yang telah menjadi dasar pandangan manusia tersebut, telah teruji
kemampuan dan kekuatan oleh sejarah . Pandangan -pandangan plato dan
aristoteles mewakili peradaban yunani kuno , serta ajaran thomas aquina dari
abad pertengahan .kaum prenialis percaya bahwa ajaran dari tokoh-tokoh tersebut
memiliki kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia
pada abad ke dua puluh ini.
Mohammad
Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialisme , bahwa pendidkan harus
lebih banyak mengerahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan yang btelah teruji
dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali tau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.perenialisme
tidak melihat jalan yang meyakinkan selain , kembali pada prinsip-prinsip yang
telah sedemikian rupa yang membentuk suatu sikap kebiasaan , bahwa kepribadian
manusia yaitu kebudayaan dahulu (yunani kuno).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Penjelasan
filsafat pendidikan aliran perenialisme
Perennialisme
diambil dari kata Perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Current English diartikan sebagai “Continuing throughout the whole year” atau
“Lasting for a very long time” abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung
dalam kata itu aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang
berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perennial
berarti everlasting, tahan lama atau abadi. Aliran ini mengikuti paham
realisme, yang sejalan dengan pemikrian Aristoteles bahwa manusia itu rasional.
Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan. Siswa
seyogyianya diajari gagasan besar agar mencintainya, sehingga mereka menjadi
intelektual sejati. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato,
Aristoteles dan kemudian dari St. Thomas Aquinas yang sangat berpengaruh pada
model-model sekolah Katolik.
Kaum
perrenialis mendasarkan teorinya pada pandangan universal bahwa semua manusia
memiliki sifat esensial sebagai mahluk rasional, jadi tidaklah baik menggiring
dan mencocok hidung mereka ke penguasaan keterampilan vokasional. Berbeda dari
esensialis, eksperimen saintifik dianggap mengurangi pentingnya kapasitas
manusia untuk berpikir. Pelajaran filsafat dengan demikian menjadi penting,
agar siswa mampu berpikir mendalam, analitik, fleksibel, dan penuh imajinatif.
Perennialisme
melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman modern telah menimbulkan banyak
krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Untuk mengatasi krisis ini
perennialisme memeberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa
lampau” regressive road to cultural. Oleh karena itu perennialisme memandang
penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman
modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang
telah terpuji ketangguhannya. Sikap kembali kepada masa lampau bukan berarti
nostalgia, sikap yang membanggakan kesuksesan dan memulihkan kepercayaan pada
nilai-nilai asasi abad silam yang juga diperlukan dalam kehidupan abad modern.
Perennialisme
adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu
ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian, penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
B.
Pandangan Filosofis Filsafat Pendidikan Aliran Perenialisme
1. Pandangan
Ontologi Perenialisme
Ontologi
perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual,
esensi, aksiden dan substansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu
realita dalam aspek-aspek perwujudannya. Benda individual di sini adalah benda
sebagaimana yang tampak di hadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca
indra seperti batu, lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna, dan
aktivitas tertentu. Esensi dari suatu kualitas menjadikan suatu benda itu lebih
intrinsik daripada fisiknya, seperti manusia yang ditinjau dari esensinya
adalah makhluk berpikir. Sedangkan aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang
dapat berubah-ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial.
Dengan demikian, segala yang ada di
alam semesta ini, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, merupakan hal
yang logis dalam karakternya. Setiap sesuatu yang ada tidak hanya merupakan
kombinasi antara zat atau benda, tapi juga merupakan unsur potensialitas dengan
bentuk yang merupakan unsur aktualitas.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Poedjawijatna, bahwa
esensi dari kenyataan itu adalah menuju ke arah aktualitas, sehingga makin lama
makin jauh dari potensialitasnya. Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia
itu setiap waktu adalah potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas.
Dengan peningkatan suasana hidup spiritual ini, manusia dapat makin mendekatkan
diri menuju tujuan (teleologis) untuk mendekatkan diri pada supernatural
(Tuhan) yang merupakan pencipta dan tujuan akhir.
2. Pandangan
Epistemologis Perenialisme
Perenialisme
berpangkal pada tiga istilah yang menjadi asas di dalam epistemologi yaitu
truth, self evidence, dan reasoning. Bagi perenialisme truth adalah prasyarat
asas tahu untuk mengerti atau memahami arti realita semesta raya. Sedangkan ,
self evidence adalah suatu bukti yang ada pada diri (realita, eksistensi) itu
sendiri, jadi bukti itu tidak pada materi atau realita yang lain. Dan
pengertian kita tentang kebenaran hanya mungkin di atas hukum berpikir
(reasoning), sebab pengertian logis misalnya berasal dari hukum-hukum berpikir.
Dalam pandangan Perenialisme ada
hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, seraya menyadari adanya
perbedaan antara kedua bidang tersebut. Hubungan filsafat dan pengetahuan tetap
diakui urgensinya, sebab analisa-empiris dan analisa ontologis keduanya
dianggap Perenialisme dapat komplementatif. Dan meskipun ilmu dan filsafat
berkembang ke tingkat yang makin sempurna, namun tetap diakui bahwa fisafat
lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu pengetahuan.
Pandangan
Aksiologi Perenialisme
Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam Perenialisme,
karena ia berdasarkan pada asas-asas supernatural yaitu menerima universal yang
abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi, hakikat manusia itu yang
pertama-tama adalah jiwanya. Oleh karena itu, hakikat manusia itu juga
menentukan hakikat perbuatannya, dan persoalan nilai adalah persoalan
spiritual. Dalam aksiologi, prinsip pikiran demikian bertahan dan tetap
berlaku. Secara etika, tindakan itulah yang bersesuaian dengan sifat rasional
manusia, karena manusia itu secara alamiah condong pada kebaikan.
Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi:
nafsu, kemauan, dan pikiran. Maka pendidikan hendaknya berorientasi pada ketiga
potensi tersebut dan pada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap
lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Dengan demikian, hendaknya pendidikan
disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan, dan pikiran.
Dengan memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang berorientasi pada potensi
dan masyarakat akan dapat terpenuhi.
Kesimpulan
Perennialisme diambil
dari kata Perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current
English diartikan sebagai “Continuing throughout the whole year” atau “Lasting
for a very long time” abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata
itu aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada
nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan
bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan
suatu pencarian, penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
DAFTRAR PUSTAKA
Sadulloh,
Uyoh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
0 komentar:
Posting Komentar