TEMA
: Eksistensialisme
SUBTEMA
:Kebebasan siswa dalam mencari jati diri
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas
tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar,
tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan
karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh ahli filsafat asal
Jerman,Martin Heidegger, merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya
berasal dari metodologi fenomenologi yang dikembangkan oleh hussel. Kemunculan
eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Soren Kierkegaard dan Nietzche
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam
tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri,
melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki
kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara
pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan
menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut
sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan
melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan
untuk moral itu sendiri, dan mungkin juga untuk suatu tujuan.
ALIRAN
EKSISTENSIALISME DALAM KEBEBASAN SISWA MENCARI JATIDIRI
Masa remaja adalah masa dimana mereka melalui proses pencarian jati
diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja
dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas adalah
masalah yang sangat penting, dan dalam masa ini melibatkan peran dari banyak
orang.
Secara singkat, arti jati diri adalah kamu yang sebenarnya, secara luas
Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya.
Cara Mendapatkan Jati Diri
yang Baik
·
Belajar
·
Berfikir
·
Iman
·
Berbuat baik
Pengembangan Jati Diri bagi
siswa
·
Jati diri siswa selaku
generasi muda penerus bangsa, jati diri ini penting untuk dibangun karena
siswa memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan
dibesarkan sebagai insan bangsa.
·
Jati diri siswa selaku
insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri untuk membangun masa depan
yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan remaja yang muncul sebagai akibat
mengikuti arus gaya hidup, kelompok panutan, dan konsumerisme harus dapat
digantikan dengan kesadaran mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri
sehingga timbul keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan masa
depan bangsa yang lebih baik.
·
jati diri siswa selaku
insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan sosial dan
gagasan untuk melakukan
rekayasa sosial masyarakat di lingkungannya.
Krisis
jati diri seringkali disebabkan oleh :
·
Merasa hidupnya selalu
diatur
Seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang
dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat
dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan
tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri
kita mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak
perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari
aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan
kewajiban kita dalam sistem kehidupana yang kita jalani sekarang.
·
Mengejar penghargaan dari
lingkungan
Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi
bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum
tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk
pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang,
itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola
pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan
sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal
menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis
jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang
belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
·
Memiliki pandangan sempit
dan terbatas dalam kehidupan
Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas.
Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak,
tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah
sepenuhnya salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali
menyesatkan, yaitu harta. Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri
adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik
saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk
menuntun kita pada jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan
jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.
Jadi inti dari eksistensialisme itu adalah kebebasan dalam memilih dan
seperti contohnya seorang siswa yang belum menemukan jatidiri mereka atau belum
bisa menentukan baik dan buruk. seorang siswa akan diam dan susah mengungkapkan
pendapat mereka. lingkungan bermain, sekolah, dan keluarga pun sangat membentuk
jatidiri siswa seperti lingkungan bermain yang membuat seorang siswa menemukan
kesenangan dan berekspresi dan dalam sekolah seorang siswa akan mengungkapkan
pendapatnya secara bebas apa yang dia tidak ketahui menjadi siswa tersebut
mengetahui dan membuat siswa tersebut menjadi berani.
Dampak kebebasan siswa mencari jatidiri bisa berdampak baik dan buruk
seperti dampak baiknya siswa akan mencari siapa diri mereka dan merka akan
bertanya kepada teman, guru, dan orang tua siapakah dirikita itu? Tapi yang
akan menjawab jati diri itu adalah kita sendiri atau individu sendiri. Ketika
di dalam kelas siswa akan bertanya kepada guru sehingga siswa dapat berani
bertanya dan itu membentuk jati diri siswa .
Dampak negative dalam kebebasan mencari jatidiri siswa seperti siswa
ingin mengetahui diri mereka itu siapa? Siswa akan mencari jati diri dari
lingkungan sekitar dan teman-temannya sebayanya seperti ingintahu yang
berlebihan atau ingin coba-coba contoh: ingin mencoba minum-minuman dan rasa
ingin tahu tentang sexs. Setelah siswa mengetahui tentang hal itu siswa akan
menyimpulkan hal tersebut menyenangkan apa tidak bagi individu tersebut.hal terkecilnya
seperti membawa HP ke sekolah bukan untuk mencari materi pembelajaran akan
tetapi melaikan untuk bermain-main SOSMED sosial media dan mendownload
video video yang tidak layak siswa lihat.
0 komentar:
Posting Komentar