About Rika

Informasi singkat tentang Saya, Nama Saya Rika Agustiani. Lahir di Tangerang pada tanggal 13 Agustus 1995. Saat ini saya sedang menjalankan studi S1 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berada dibawah naungan fakultas FKIP dan berada pada bidang studi PGSD Kelas 3 D. NIM 2227132304.

This is My Campus

feature Featured Work

Keep in touch

RSS Feed Twitter Facebook

Subscribe via email

Eksistensialisme (Kebebasan Siswa dalam Mencari Jati Diri)

Rabu, 19 November 2014


TEMA             : Eksistensialisme
SUBTEMA      :Kebebasan siswa dalam mencari jati diri

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh ahli filsafat asal Jerman,Martin Heidegger, merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya berasal dari metodologi fenomenologi yang dikembangkan oleh hussel. Kemunculan eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Soren Kierkegaard dan Nietzche
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri, dan mungkin juga untuk suatu tujuan.

ALIRAN EKSISTENSIALISME DALAM KEBEBASAN SISWA MENCARI JATIDIRI

Masa remaja adalah masa dimana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting, dan dalam masa ini melibatkan peran dari banyak orang.
Secara singkat, arti jati diri adalah kamu yang sebenarnya, secara luas   Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya.
Cara Mendapatkan Jati Diri yang Baik
·         Belajar
·          Berfikir
·         Iman
·         Berbuat baik

Pengembangan Jati Diri bagi siswa
·         Jati diri siswa selaku generasi muda penerus bangsa, jati diri ini penting untuk dibangun karena siswa  memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai insan bangsa.
·         Jati diri siswa  selaku insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri untuk membangun masa depan yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan remaja yang muncul sebagai akibat mengikuti arus gaya hidup, kelompok panutan, dan konsumerisme harus dapat digantikan dengan kesadaran mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri sehingga timbul keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan  masa depan bangsa yang lebih baik.
·         jati diri siswa  selaku insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan sosial dan gagasan          untuk melakukan rekayasa sosial masyarakat di lingkungannya.

Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh :
·         Merasa hidupnya selalu diatur
Seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada, sembari  menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem kehidupana yang kita jalani sekarang.
·         Mengejar penghargaan dari lingkungan
Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang, itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
·         Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan
Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu harta. Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.

Jadi inti dari eksistensialisme itu adalah kebebasan dalam memilih dan seperti contohnya seorang siswa yang belum menemukan jatidiri mereka atau belum bisa menentukan baik dan buruk. seorang siswa akan diam dan susah mengungkapkan pendapat mereka. lingkungan bermain, sekolah, dan keluarga pun sangat membentuk jatidiri siswa seperti lingkungan bermain yang membuat seorang siswa menemukan kesenangan dan berekspresi dan dalam sekolah seorang siswa akan mengungkapkan pendapatnya secara bebas apa yang dia tidak ketahui menjadi siswa tersebut mengetahui dan membuat siswa tersebut menjadi berani.
Dampak kebebasan siswa mencari jatidiri bisa berdampak baik dan buruk seperti dampak baiknya siswa akan mencari siapa diri mereka dan merka akan bertanya kepada teman, guru, dan orang tua siapakah dirikita itu? Tapi yang akan menjawab jati diri itu adalah kita sendiri atau individu sendiri. Ketika di dalam kelas siswa akan bertanya kepada guru sehingga siswa dapat berani bertanya dan itu membentuk jati diri siswa .
Dampak negative dalam kebebasan mencari jatidiri siswa seperti siswa ingin mengetahui diri mereka itu siapa? Siswa akan mencari jati diri dari lingkungan sekitar dan teman-temannya sebayanya seperti ingintahu yang berlebihan atau ingin coba-coba contoh: ingin mencoba minum-minuman dan rasa ingin tahu tentang sexs. Setelah siswa mengetahui tentang hal itu siswa akan menyimpulkan hal tersebut menyenangkan apa tidak bagi individu tersebut.hal terkecilnya seperti membawa HP ke sekolah bukan untuk mencari materi pembelajaran akan tetapi melaikan untuk bermain-main SOSMED sosial media  dan mendownload video video yang tidak layak siswa lihat.



0 komentar:

Posting Komentar